-Apa cara hidup beragama kita ini membosankan hingga harus ada kekerasan dan represi agama? Ketika komunis berkuasa dan agama di represi: itulah momentum terbaik untuk merenung – mengakhiri kebengisan dan keserakahan umat beragama.
Suara keagamaan kembali terdengar. Setelah komunis di berbagai belahan dunia sempat membungkam para “sales agama” Tuhan dalam dalam beberapa saat. Kini penyambung lidah Tuhan lebih leluasa dalam melakukan tugasnya.
Mesjid-mesjid bebas memanggil para hamba tuhan untuk sholat tanpa harus takut ditendangi punggungnya oleh sekelompok masa yang mengamuk. Pemeluk Islam tidak perlu kawatir membaca Al Quran setiap saat, tanpa perlu kawatir dirobek-robek: “iki sing mbarai gudiken ( ini yang membuat kudisan )” ujar simpatisan Komunis Indonesia di Jawa Tengah yang merobek dan menginjak-injak Al Quran di pagi buta usai sholat subuh. Gereja bisa membeli ikon-ikon paling mewah dan membuat lonceng dengan sepuhan emas tanpa kuatir dirampok tentara merah untuk dilebur dan dijadikan bahan senjata. Pohon cemara juga bisa ditebangi kapan saja, saat natal tiba, tanpa perlu kawatir dihalang-halangi pimpinan komunis, dengan alasan merusak lingkungan.