Laman

Selasa, 08 Oktober 2013

#nyampah



Apa benar media massa akan menjadi seperti yang aku bayangkan kelak? Apa benar Indonesia akan begini, begitu? Apa benar mahasiswa akan jadi penghisap penis Eropa paling khusuk?  Apa benar ini dan itu atau anu dan anu, berjalin-jalin menjadi sesuatu yang tak pernah aku pikirkan.
Bisa jadi apa yang aku pikirkan dan analisa dengan beberapa kawan itu benar. Bisa jadi juga salah. Tapi, itu semua terbentur dengan sebuah pertanyaan pamungkas: lalu mau apa?
Dari hasil riset dan kajianku bersama rekan-rekan di Jakarta beberapa waktu lalu, mungkin ada benarnya. Sesuatu yang tiba-tiba menjadi nisbi; ketika rumus sosial, logika, pembacaan sejarah dan hati berkata demikian. Lalu, aku kembali harus mengulang: aku ini mau apa?
Ya, kata-kata Mas Dukun memang benar adanya. Tau banyak itu sakit. Kalau kata si pongah dari kota M: orang yang mengerti itu pantas mati. Tapi, yang membuatku kerap bertanya pada diriku sendiri adalah: mengapa sampai hari ini aku kerap meyakinkan diriku bila aku ini tidak tau. Aku ini mestilah bermain kesana kemari dan hidup normal laiknya banyak pria: bermain, insaf, kerja, menikah, bercinta, membesarkan anak, lalu mati. Itu saja dan tidak perlu terlalu lux.
Karena memang aku ini seperti sebagaimana manusia lainnya: terbentuk dari perpaduan antara bermain aman dan juga “pecandu” sesuatu yang sungil, menggelitik, sedikit bangsat.
Ayoh! Siapa yang tak terima dan mengaku suci, sini acungkan tangan! Kemarilah, kau pasti tau bagaimana senangnya orang yang nasib merokoknya esok hari sedang tak menentu.
---
Selamat pagi. Saya tidur dulu.
Cdv_t